Widget edited by Blog Mas Hanif

Teks Berjalan

...< TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGUN ANDA, SEMOGA ADA KEBERKAHAN DARI BACAAN INI...AAMIIN ALLAHUMMA AAMIIN ...>

21 Mar 2013

Saat Tausyiah Shubuh,Bapak Tua Itu Menangis



Dalam satu dan beberapa tausyiah pagi, usai sholat shubuh di mesjid dekat rumahku, Pak Is, sebut saja begitu menyampaikan kearifan Pemerintah dalam memberantas kemiskinan. Khususnya, Pemerintah berbagai kota besar di tanah air tercinta ini ketika menyelesaikan masalah yang berkenaan dengan pengusiran kaum “hina dina“. Yaitu mereka yang karena ketidakmampuan absolut, hanya mampu berdagang di emperan toko, sampai dipasar-pasar. Pak Is, yang usianya sudah lewat 13 tahun dari usia wafatnya nabi itu kadang tersedak, nyaris menangis bila menjelaskan bagaimana galak dan kejamnya tindakan tramtib (keamanan dan ketertiban) ketika merusak, menghancurkan barang-barang dagangan milik wong cilik. Melihat bagaimana ibu-ibu dan anak yang baru pulang dari sekolah mendapati barang dagangannya hancur, ibunya nyaris pingsan, selonjoran di tepi jalan, dengan sedikit sisa barang yang berhasil diselamatkan dari terkaman kekejaman kehidupan Jakarta. Yang pernah saya lihat kurang lebih sama, di shoot teve, bajunya kotor, ditarik secara kasar dan digotong petugas Satpol PP/ tramtib. Air mata ibu itu meleleh, anaknya yang baru pulang sekolah menatap ibunya, tanpa mengerti dosa pembangunan apa yang harus dijalaninya dalam meniti masa depan kehidupannya. 

Pak Is seperti tak pernah bisa mengerti mengapa kekejaman itu terus terjadi, seperti tidak ada cara lain untuk memperbaiki taraf kehidupan masyarakat papan bawah. Suaranya terasa kering, mengalir tersendat-sendat masuk ke telinga pendengarnya yang jumlahnya sejumlah jari sebelah tangan saja. Angin yang berhembus pelan, menelisik pintu masjid, begitu lembut seolah malu berlalu di depan lelaki tua yang menangisi kekejaman tramtib Jakarta. 

Pendengar tausyiah pagi itu tertunduk, ketika beberapa kejap kemudian Pak Is menceritakan apa yang dilakukan khalifah terhadap rakyatnya di masa lalu. Tak begitu jelas apa yang dilakukan khalifah, karena ingatan saya memotret wajah para pemimpin Indonesia beserta Gubernur di Indonesia saat ini. Terbayang wajah SBY beserta para Menteri kabinetnya, kemudian berlalu dan muncul wajah-wajah anggota DPR yang mulia lantas berikunya wajah-wajah Gubernur, para Bupati yang dengan gagahnya memamerkan barisan pengawal pribadinya lengkap dengan seda-sedan mewahnya. Terbayang di kepala ini lintasan Korban Gunung Merapi di Jawa Tengah dan Yogyakarta,Korban tsunami dashsyat Aceh, Para korban kebingunagn akibat banjir rob Jakarta, derita rakyat masal akibat ulah Lapindo di Sidoarjo, kematian manusia karena tertimbun sampah khas hanya di Indonesia, kematian karena tabrakan beruntun akibat kelalaian manusia dalam berlalu-lintas, dan kematian-kematian akibat ganasnya perang perebutan tanah,akibat bentrok antar genk motor, tawuran anak sekolahan dan kelalaian-kelalaian manusia lainnya yang tidak semestinya terjadi. Wajah-wajah kaum papa penuh peluh dan debu yang berebut mengorek mengais sampah tanpa bisa perduli lagi hari esok dan keselamatan hidupnya pun jadi sorotan media ketika itu. 

Kulepaskan pandangan ke luar pintu mesjid yang terbuka lebar, matahari menjelang pagi. Kami bersalaman untuk berpisah, dan bertemu kembali untuk tausyiah pagi seperti hari-hari sebelumnya, seperti minggu-minggu sebelumnya. Saya masih merasakan sampai perjalanan menuju kantor. Gema suara Pak Is dan kepedihan melihat saudara-saudara sebangsa yang dianiaya itu mengisi relung kalbu kami pada hari itu. 

Sungguh, alangkah zalimnya Pemerintah. Dunia ini diselamatkan oleh ribuan Pak Is, yang dengan tawadlu di usia melewati senja menangisi kejamnya kehidupan. Rasanya, Pemerintah kita lebih suka memberantas orang miskin dari pada memberdayakan orang miskin. Jelas dia tidak miskin, baik rumah dan keluarganya juga. Tinggal di rumah yang lengkap segala fasilitasnya. Namun, saya tahu betapa kepedihan melihat Indonesia dalam kacamatanya. Saya beruntung, bisa mendengar petuahnya. Kalau saya jadi pemimpin, mudah-mudahan bisa keras melawan kezaliman, dan lembut kepada yang tak berpunya. Semoga Allah memberikan hati kepada para pemimpin yang lupa dari air apa mereka berasal….???

Tidak ada komentar: